Kereta api bawah tanah London jalur Central Line siang itu tidak biasanya sepi. Siang ini, di dalam gerbong hanya ada sekitar enam atau mungkin delapan orang. Biasanya di jam-jam seperti ini, gerbong diisi oleh setidaknya 45 orang.
Mungkin karena libur akhir tahun.
Persis di depan saya ada wanita berkerudung, yang asyik mendengarkan sesuatu melalui headphones kecil berwarna putih. Sesekali ia mengecek layar iPhone 5-nya.
Agak jauh di samping kanan ada pria yang sedang membaca koran.
Di kiri saya ada pintu masuk dan di sebelahnya ada deretan kursi panjang. Di sana seorang ibu tengah berbicara dengan anaknya yang tampak berusia tiga tahunan. Si bocah membawa skuter berwarna biru.
Ia naik berbarengan saya di stasiun Norholt di London barat.
Karena gerbong relatif kosong, tas punggung yang biasanya saya taruh di lantai, kali ini bisa naik pangkat, dan saya taruh di kursi penumpang.
Tas saya selalu berat. Isinya banyak, mulai dari buku — kadang lebih dari dua — alat tulis-menulis, Kindle, charger telepon genggam, kadang laptop, kotak makan siang (tentu saja plus isinya), air minum, buah, dan musfhaf kecil Quran Usmani.
Alhamdulillah kebiasan membawa Quran makin terjaga di Inggris ini bahkan jauh lebih istiqomah dibandingkan saat di Jakarta. Di Inggrs ini situasi memang kondusif untuk tilawah Quran di mana saja dan kapan saja.
Tas saya buka dan saya cari mushaf kesayangan.
Kantung depan nihil. Ia tidak ada di sana. Di kantung kedua juga tidak ada. Dan akhirnya di kompartemen utama. Juga tidak ada. Padahal seingat saya, mushaf ini sudah saya ambil dari rak di samping tempat tidur dan saya taruh di dalam tas.
Tapi mushaf ini tak terlihat. Saya panik.
Panik, tidak tahu harus berbuat apa. Saya terdiam.
Dalam diam, saya merenung. Mungkin ada kebiasaan yang selama ini telah menjadi bagian dari rutinitas di perjalanan: membuka tas, mengambil mushaf, dan membacanya.
Dan ketika mushaf tidak ada, ada sesuatu yang hilang.
Dan saya pun menyesal karena sampai terlupa memasukkan mushaf ke tas.
Di perjalanan menuju Oxford Circus ini tidak hanya mushaf yang hilang.
Kenikmatan membacanya juga tak bisa saya dapatkan siang ini… (*)
—
Seperti dituturkan kepada admin pk-sejahtera.org.uk
SubhanALLAH…
Di tempat yang umat muslim menjadi minoritas, ALLAH membuatnya semakin dekat dengan al-Quran, sungguh nikmat yang sangat luar biasa… Semoga Istiqomah…
MantaPKS…
Salam dari mahasiswa muslim Univ. Lambung Mangkurat, Banjarmasin…