Tidak bisa terbayangkan terkejutnya kami ketika mendengar, ustadz kami yang juga presiden partai, LHI, ditahan KPK dan dinyatakan sebagai tersangka kasus dugaan korupsi.
Kata dugaan perlu disisipkan di sini, karena semuanya masih sebatas prasangka. Benar tidaknya dakwaan KPK ini harus diuji di pengadilan.
Di mahkamah inilah nantinya akan dibuktikan apakah memang LHI tersangkut korupsi, seperti yang dituduhkan para penyidik KPK.
Kami berharap proses hukum ini akan berjalan adil, transparan, dan sepi dari aneka kepentingan nonhukum.
Kabar soal ustadz LHI ini mengguncang landskap politik Indonesia dan tidak sedikit analis yang mengatakan penetapan LHI ini adalah awal kehancuran PKS.
Mereka mengatakan citra PKS akan hancur lebur karena partai yang katanya partai ‘putih’, partai berbasis agama, yang selama ini menggemborkan slogan antikorupsi tersandung korupsi.
Tidak tanggung-tanggung, yang terkena kasus adalah orang nomor satu di jajaran partai itu sendiri.
Ketika panggung politik masih ‘tergoncang’, di balik layar PKS bergerak cepat.
Pengurus inti berembuk dan kemudian ditetapkan bahwa Anis Matta diangkat sebagai presiden partai yang baru menggantikan LHI.
Dalam situasi krisis seperti ini, pendekatan partai yang semata-mata tidak mengandalkan personalitas atau ketokohan, sungguh terasa kegunaannya.
Transisi kepemimpinan berjalan mulus. Tidak ada gejolak sama sekali dan seluruh prosesnya berjalan hanya dalam hitungan jam.
Anis Matta kemudian angkat bicara.
Di bawah sorotan dan kilatan kamera, ia berpidato berapi-api. Ia berbicara langsung kepada publik dan juga kepada seluruh kader.
Kasus LHI adalah peringatan, ujian, sekaligus momentum perubahan pagi PKS, kata Anis Matta.
Pidato di kantor DPP dilanjutkan dengan jadwal nonstop roadshow ke berbagai daerah.
Anis Matta bertemu langsung dengan ribuan kader, menyemangati kader yang tengah terpukul dan mengingatkan bahwa tidak ada jalan perjuangan yang mulus.
Publik akan melihat apakah PKS yang ia ibaratkan tengah ‘terperosok ke dalam sumur’ bisa keluar dari sumur tersebut.
Aktivitas Anis Matta dan PKS ini diliput besar-besaran oleh media, bahkan dengan aneka siaran langsung.
Ada hikmah di sini.
Sorotan dan liputan media ini menyingkap tabir PKS. Publik menjadi lebih paham dan lebih tersadarkan siapa sebenarnya PKS.
Terlihat nyata bahwa PKS memang memiliki sistem dan kader-kader yang kokoh.
Dua pilkada besar, Jawa Barat dan Sumatera Utara, di depan mata, dan PKS menggunakannya sebagai tes pertama.
Alhamdulillah menang. Bahkan dengan hanya satu putaran.
Kemenangan bisa diraih berkat kerja keras para calon, tim pemenangan, dan partisipasi aktif seluruh kader.
Mengutip para pengamat Barat, dengan kerja-kerja kader yang luar biasa, PKS tak ubahnya seperti a well-oiled machine, mesin yang berputar lancar karena selalu mendapatkan pelumas.
Di tingkat akar rumput, simpati terus berdatangan, sementara di dunia maya, buzz PKS makin menggema. It is louder than ever.
Ratusan, bahkan mungkin ribuan akun PKS bermunculan di Twitterland, dan ini membantu menaikkan profil PKS.
Tidak mengherankan menjelang pencoblosan di pilgub Jabar dan Sumut, tanda pagar yang diusung dan digulirkan kader PKS menjadi trending topic dalam beberapa kali kesempatan.
Kasus LHI pada medio April ini berusia sekitar tiga bulan.
Ada banyak hal yang terjadi selama ini periode ini.
Bila diizinkan untuk merenung dan melihat kembali ke belakang, boleh dikatakan tiga bulan lalu rumah kami bernama PKS ini ‘roboh’.
Tapi kami tidak diam apalagi terpaku.
Kami bangkit dan memanfaatkan ‘pukulan ke ulu hati’ kami menjadi peluang, tidak hanya untuk bangkit, tetapi menjadi lebih sehat dan lebih kuat…
(foto: Ustadz LHI via dakwatuna.com)
Leave a Reply