PIDATO PRESIDEN PKS
MOHAMAD SOHIBUL IMAN, Ph.D
PADA ACARA KURSUS SINGKAT KETAHANAN NASIONAL
ANGGOTA DPR RI, DPRD PKS SE-INDONESIA
HOTEL GRAND SAHID, 20 FEBRUARI 2020
“MEMBANGUN KETAHANAN NASIONAL MENGHADAPI TANTANGAN GLOBAL”
- Yang sama-sama kita hormati dan banggakan, pimpinan Fraksi PKS DPR RI, Ustadz Dr. Jazuli Juwaini, Ibu Ledia Hanifa, Ustadz Adang Darajatun, Dr. Sukamta, dan Habib Aboe Bakar, serta Ibu Netty Heryawan. Juga tentu saja para anggota DPR RI dan seluruh pimpinan Fraksi PKS DPRD tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota yang saya cintai dan saya banggakan
- Saya sangat senang ada acara seperti ini. Acara dengan dengan tema Ketahanan Nasional yang pertama dilaksanakan oleh PKS. Ini sebuah awal yang sangat baik yang insyaAllah akan terus kita laksanakan karena memang komitmen PKS kepada perintah Allah SWT dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
- Tadi di awal, kita sudah diberikan ilustrasi tentang bagaimana soliditas, kohesivitas, kebersamaan bangsa ini dulu bisa membuat kita kuat untuk menghalau para penjajah. Bahkan juga tentara sekutu yang ingin hadir kembali di sini berhasil kita halau. Yang terlihat adalah bahwa di situ semangat kebersamaan sangat luar biasa. Tidak terlihat dari suku mana, dari adat istiadat mana, suku bangsa dan agama apa, tapi semua punya semangat kecintaan bagaimana negeri ini bisa merdeka, berdaulat, bisa menentukan dirinya sendiri.
- Saya justru menyaksikan tadi, betapa indahnya semangat keagamaan, religiusitas yang menjadi sumber nilai dan sumber motivasi seluruh anak bangsa ini, menyatu dengan semangat jiwa kebangsaan yang sangat luar biasa. Dua spirit ini menyatu, membuat kita semakin kokoh dan kita bisa mengusir penjajah dari tanah air ini.
- Kita berkeinginan situasi ini bisa terus dipertahankan, kebersamaan di antara kita tidak boleh tercabik-cabik oleh karena perbedaan diantara kita. Tapi perbedaan ini justru menjadi mozaik yang indah, di sisi lain dia juga menjadi sumber kekuatan yang complementarity atau saling melengkapi. Karena complementarity itulah maka kemudian kita punya kekuatan yang sangat dahsyat yang mampu menghalau kekuatan-kekuatan luar yang ingin mencabik-cabik negeri kita. Mudah-mudahan ini bisa terus kita pelihara, dan acara kita hari ini adalah dalam rangka mengokohkan hal tersebut. Minimal di kalangan anggota legislatif PKS.
- Saya berulang kali menegaskan, bahwa Anggota Dewan adalah etalase paling terdepan dari Partai Keadilan Sejahtera. Anggota Dewan yang setiap saat disorot oleh kamera dan tampil di televisi, tercetak di media cetak, terkirim di media elektronik. Karena itu saya ingin Anggota Dewan juga menjadi orang yang terdepan, memahami tentang makna ketahanan nasional. Sehingga Anggota Dewan betul-betul menjadi orang yang bisa dijadikan contoh oleh masyarakat. Beginilah sosok pribadi-pribadi keluarga Partai Keadilan Sejahtera. Di satu sisi jiwa religiusitasnya tinggi, tapi semangat kebangsaannya tidak diragukan. Allahu Akbar!
- Bapak Ibu sekalian, tadi saya bertanya kepada Wakil Ketua Fraksi Bapak Sukamta selaku Ketua Panitia, ketika di sini judulnya adalah Ketahanan, apakah ketahanan ini maknanya defence, ataukah security atau Tadi Pak Sukamta melihat ternyata Lemhanas sendiri, Lembaga Pertahanan Nasional itu ternyata diterjemahkannya adalah National Defence Institute. Jadi, nuansanya adalah kepada pertahanan dalam makna militer ketentaraan.
- Memang kebanyakan orang ketika bicara ketahanan, condongnya pada keamanan atau security dan hal-hal fisik, batas territorial, pertahanan dan kemiliteran. Ini dalam kajian strategis disebut sebagai pertahanan-keamanan tradisional (traditional defense and security). Satu sisi tidak masalah. Tapi saya ingin mengajak ketahanan nasional ini dimaknai dengan luas. Karena itu saya lebih suka menamainya dengan resiliency, yaitu ketahanan nasional dalam arti bagaimana negeri ini memiliki imunitas dan daya tahan yang sangat luar biasa terhadap apapun yang menjadi gangguan terhadap negeri ini.
- Nah, kalau ini dimaknai sebagai resiliency, daya tahan atau ketahanan negeri kita, ini aspeknya akan sangat baik. Aspek militer, persenjataan, aspek personel tentara, itu adalah satu aspek yang tidak kalah penting. Tetapi saya kira apalah artinya persenjataan kita hebat, militer kita profesional, tapi kalau kemudian rakyat secara keseluruhan ternyata tidak memiliki resiliency, daya tahan, itu tidak akan ada maknanya. Seperti tadi digambarkan, bagaimana pihak asing datang ke negeri ini, ada dari anak-anak bangsa ini yang kemudian didekati untuk menjadi komprador-komprador asing. Karena itu, kita harus melihat ketahanan ini adalah makna yang lebih luas.
- Saya kira kita sepakat pertahanan kita dari aspek kemiliteran, persenjataan, profesionalisme tentara, itu mutlak harus kita tingkatkan terus. Itu sepakat, dan saya di sini tidak akan membahas tentang hal itu. Tapi, bagaimana rakyatnya sendiri memiliki daya tahan terhadap apapun yang menjadi ancaman dari luar. Saya kira ini yang justru menjadi problem kita hari ini, yang jauh lebih besar dari sekedar kurangnya persenjataan, karena di sisi inilah kemudian kebhinekaan kita ternyata belum menjadi sumber kekuatan, tetapi masih menjadi sumber pertikaian dan perpecahan.
- Saya teringat buku yang ditulis oleh seorang futurolog yakni seorang ahli yang memiliki keahlian dalam berbicara tentang masa depan, yaitu Francis Fukuyama, seorang yang berasal dari Jepang tapi lahir di Amerika, dia menulis dalam buknya yang berjudul Trust: The Social Virtues and The Creation of Prosperity, menyatakan bahwa seringkali analisis banyak pihak terkait mengapa sebuah negaara maju atau tidak, makmur atau tidak itu lebih dari sisi kacamata perekonomian dalam paradagma ekonomi neo-klasik.
- Fukuyama mengatakan bahwa teori ekonomi neoklasik yang biasa dipakai untuk menerjemahkan faktor-faktor kemakmuran itu hanya 80 persen benar. Tetapi 20 persen sisanya tidak bisa dijelaskan oleh teori ekonomi neoklasik tersebut. Dia mengatakan sisanya ini harus dijelaskan oleh apa yang dia sebut oleh modal sosial atau social capital khususnya adalah dalam bab trust, saling percaya antar anak bangsa.
- Bangsa yang maju adalah bangsa yang memiliki tingkat kepercayaan antar elemennya tinggi (high trust society). Karena disitu kalau ada pertikaian, hanya pertikaian gagasan, nilai. Bagaimana sebuah bangsa bisa lebih maju lagi. Tapi kalau masyarakat yang tingkat kepercayaannya rendah (low trust society), pertikaiannya adalah pertikaian yang remeh temeh. Gara-gara kalah Pilkada, kemudian dimobilisasi ada pertikaian fisik.
- Nah apakah Indonesia high trust atau low trust society? Saya berani mengatakan Indonesia bukan negara high trust society hari ini, kemungkinan hanya sampai low trust society. Saya takut Indonesia justru nanti jatuh pada distrust society, masyarakat yang tidak saling percaya. Ini problem bagi kita, bagaimana keberagaman dan kebhinekaan kita menjadi sumber kekuatan, sumber daya tahan kita. Saya kira kita perlu merenung semuanya di sini.
- Bukan hanya ditempat ini, tapi terus sampai rumah, besok hari kita harus terus merenungkan bagaimana negeri yang berlimpah secara anugerah dari Allah SWT, tapi ternyata kita belum bisa mencapai tingkat kesejahteraan dan kemakmuran, sebagaimana yang Allah anugerahkan dalam bentuk Sumber Daya Alam yang melimpah.
- Saya ingin mengajak kepada Bapak/Ibu sekalian, kita sebagai partai politik, dan PKS adalah salah satunya, konstitusi kita hari ini menempatkan partai politik berada pada satu posisi yang sangat luar biasa. Regenerasi kepemimpinan nasional hari ini boleh dikatakan tidak bisa kalau tidak melalui partai politik.
- Apalagi di tingkat nasional, sampai hari ini UUD NRI Tahun 1945 belum memberi celah kepada hadirnya capres independen. Makanya semua harus dicalonkan oleh partai politik. Berarti parpollah yang menentukan kepemimpinan nasional. Merah dan putihnya Indonesia ditentukan oleh kepemimpinan nasional, oleh partai politik. Oleh karena itu, partai politik yang telah diberi kemenangan yang sangat luar biasa, jangan sampai partai ini menjadi sumber malapetaka bagi kepemimpinan nasional, menjadi tempat lahirnya calon-calon pemimpin yang medioker, ala kadarnya, apalagi calon pemimpin yang tidak memiliki integritas.
- Dari sini, kita semuanya harus menempatkan partai politik dengan baik. Dan lebih bagi PKS, PKS adalah sejak awal menegaskan kita adalah partai dakwah, artinya kita memiliki patokan nilai agama, dalam hal ini adalah Islam. Orang banyak yang alergi dengan lahirnya parpol yang melandaskan pada agama, banyak yang kemudian ingat memori pada tahun 1955, terjadi politik aliran. Sehingga ada sebagian kita mengatakan partai tidak usah ada ideologi itulah terjai politik aliran. Saya sampai detik ini menolak pendapat itu. Mengapa?
- Karena justru partai politik ini tempat aggregasi ideologi. Di partai inilah orang-orang yang merasa punya satu nilai, satu pemahaman berkumpul pada partai itu. Partai yang tidak memiliki ideologi, tidak menjadi aggregat dari keyakinan tertentu, partai itu tidak punya ruh apa-apa. PKS menegaskan, ruh PKS adalah ruh Islam. Dalam bingkai atau berlandaskan kepada Pancasila. Nah, di sini saya ingin mengatakan ketika ada yang bertanya bagaimana caranya agar tidak terjebak pada politik aliran, di sinilah tantangannya.
- Kita harus belajar dari sejarah para pendahulu kita, apa yang membuat pertikaian-pertikaian itu. Saya melihat bahwa pertikaian politik aliran itu disebabkan karena ketidakmampuan kita mengartikulasikan ideologi partai yang sangat subjektif, di ruang publik tempat dimana diperebutkannya kebijakan-kebijakan.
- Nah saya minta kita semua sebagai delegasi dan etalase terdepan PKS, bahwa memang kita partai Islam, tetapi dalam konteks kita berjuang di ruang publik NKRI ini, kita harus pandai mengartikulasikan itu tidak dengan bermodalkan “pokoke”, pokoknya ini prinsip dari Alquran, ini prinsip dari Hadits, tidak demikian. Tapi bagaimana kita menerjemahkan ini menjadi sesuatu yang objektif, yang bisa diterima semua kalangan.
- Dan inilah yang menjadi prinsip platform kebijakan pembangunan PKS, prinsip objektifikasi. Jadi saya minta, jangan atas dasar kita sebagai partai Islam, kemudian kita menjadi pihak yang seolah-olah hanya kita yang memiliki nilai-nilai kebenaran. Di tempat lain, apalagi ada partai Islam yang lain juga tentu memiliki pemahamannya sendiri. Di sini saya kita arikulasi menjadi kunci bagi kita, bukan menjadi sumber pertikaian, tapi menjadi sumber dialog.
- Perbedaan-perbedaan harus kita dialogkan, dan nanti kita akan menemukan titik terang. Maka seperti saya sampaikan, jangan sampai sebagai tokoh PKS, partai Islam, kemudian para Anggota Dewan kita menjadi orang yang tidak pernah mau bergaul dengan orang lain. Bergaul adalah sesuatu yang mutlak dibutuhkan, apalagi sebagai seorang politisi. Boleh jadi persepsi-persepsi yang melihat PKS sebagai partai yang eksklusif, dan kemudian dikhawatirkan menjadi partai yang menjalankan politik aliran, disebabkan prilaku kita sendiri. Nah, saya minta Antum semuanya untuk bisa mengartikulasikan ide, gagasan partai Islam PKS ini dengan sebaik-baiknya.
- Kedua yang ingin saya sampaikan adalah kalau tadi di tingkat partai politik kita harus bisa menjadikan partai ini tempat bagaimana merajut kebersamaan, mencari titik temu, yang kedua ini adalah bagaimana di masyarakat secara luas kita bisa mengembangkan jiwa kebersamaan ini.
- Kalo merujuk seperti yang sebut tadi di bukunya Francis Fukuyama tentang social capital, saya sering mengatakan kalau Indonesia ingin menjadi bangsa yang high trust, maka memang social capital ini harus kita bangun setiap hari. Apa itu social capital? Modal yang terbentuk akibat dari interaksi strategis antar elemen masyarakat, itulah modal sosial.
- Maknanya apa, modal sosial tidak akan tercipta bagi masyarakat yang tidak mau berinteraksi. Modal sosial itu sama dengan modal-modal yang lain, pasti ada sebabnya pasca modal itu. Financial capital, modal uang itu tidak mungkin ada kalo orang tidak mau berbisnis, tidak mau berusaha, diam saja, kecuali kalau ada orang yang ngasih. Tapi kan problabilitas orang berapa persen. Kemudian human capital, atau knowledge capital, modal pemikiran, mungkin gak akan ada modal itu kalau kita tidak pernah membaca, tidak pernah berdiskusi, tidak mungkin.
- Semua modal yang terakumulasi itu ada sebabnya. Nah modal sosial itu sebabnya adalah interaksi strategis antar seluruh elemen masyarakat. Nah, di sini saya ingin mengatakan kepada semuanya, saya ingin kader PKS menjadi pelopor dalam menumbuhkan tiga modal sosial dalam masyarakat.
- Pertama, adalah modal sosial sense of belonging, rasa memiliki Indonesia yang harus kokoh dan kuat dimiliki oleh seluruh keluarga besar PKS, terlebih para Anggota Dewan semuanya. Saya tidak ingin ada satupun keluarga besar PKS yang tidak terbesit dalam hatinya rasa memiliki negeri ini. Ini tolong diperiksa, jangan-jangan ada yang menganggap Indonesia tidak sebagai negerinya sendiri. Ini tidak boleh ada di keluarga besar PKS, dan bahkan diseluruh rakyat Indonesia.
- Sense of belonging, rasa memiliki Indonesia ini harus ada terpateri di dalam hati kita. Dan juga saya, tidak suka dan tidak setuju kalau ada orang yang merasa memiliki Indonesia hanya dirinya sendiri. Orang lain bukan pemilik Indonesia. Dan di sini saya kira, dua hal ini ada dalam masyarakat Indonesia.
- Ada yang tidak bangga Indonesia, tapi ada yang membangga-banggakan bahwa dirinya lah satu-satunya pemilik negeri ini. Dua jenis manusia seperti ini parasit di negeri ini. Rasa kepemilikan harus dimiliki oleh seluruh anak bangsa. Negeri ini dimerdekakan bukan oleh satu orang, satu keluarga, oleh satu dua agama, tapi dimerdekakan oleh semua elemen bangsa ini. Karena itu sense of belongin harus dimiliki oleh seluruh masyarakat Indoensia, dan tidak boleh ada satu pihak yang mengeksploitasi bahwa dirinya yang memiliki Indonesia.
- Kedua adalah sense of togetherness, rasa kebersamaan sebagai sesama anak Indonesia. Kita lahir dan besar di tanah ini, kita menghirup udara yang sama, kita mencicipi air yang sama, kita menginjak di atas tanah yang sama, kebersamaan harus tumbuh di kalangan masyarakat Indonesia. Nah karena rasa kebersamaan inilah, seperti tadi yang digambarkan drama tadi, karena kebersamaan itulah kita bisa membangun sinergi kekuatan hingga akhirnya bisa mengusir tentara asing yang mau mencabik-cabik bangsa ini.
- Nah Bapak Ibu sekalian saya sering sampaikan, kader PKS harus menjadi pelopor yang membangun kebersamaan di masyarakat. Bagaimana caranya? Itu semua kembali kepada mind-set kita yang harus kita tumbuhkan, bahwa semua orang yang ada di negeri ini, dalam kategori bangsa, adalah saudara-saudara kita sebangsa dan setanah air. Kalau pola pikir ini kita tumbuhkan, maka sekalipun kita bertemu dengan orang yang belum pernah bertemu, karena kita merasa bahwa kita adalah satu bangsa, satu tanah air, maka tidak akan tumbuh dalam diri kita prejudice, prasangka-prasangka buruk.
- Di sini saya meminta kader PKS bertemu orang, jangan yang ditumbuhkan itu, wah ini PKS bukan ya? Wah ini membenci PKS atau mencintai PKS, gak boleh seperti itu. Kita harus spontan bertemu orang, mampu berkawan tanpa diawali dengan pertanyaan asal usul primordial. Masalah asalah usul primordial di zaman sekarang ini adalah sesuatu yang gampang dicari, apalagi orang Indonesia untuk mengetahui dia karakternya bagaimana itu gampang. Terpenting sekarang sebagai sesama manusia dan anak bangsa, bergaul, ngobrol apa adanya. Itu yang disebut dengan spontanious sociability, berkawan secara spontan.
- Nah kalau ini tumbuh di kalangan kader-kader PKS, saya kira yang disampaikan ustadz Jazuli itu terjadi. Di depan insyaAllah ada yang mencintai PKS, di belakang, kanan, kiri ada. InsyaAllah itu akan terjadi. Dan apa ruginya kalau kita bertemu orang baru, terus menunjukkan sikap welcome terhadap dia, tidak ada ruginya. Tapi justru dengan itu semuanya insyaAllah kita akan bisa menumbuhkan sense of togetherness dan kemudian menumbuhkan social capital yang tinggi insyaAllah.
- Ketiga adalah trustworthiness, sikap saling percaya. Saya sering katakan, di tingkat gagasan kita harus saling percaya semua anak bangsa itu punya niat yang baik buat Indonesia. Sampai terbukti orang itu ternyata merusak Indonesia, sebelum terbukti merusak Indoensia di tingkat gagasan kita harus percaya mereka mencintai Indonesia dan mereka ingin berbuat baik untuk Indonesia.
- Tapi ketika ternyata ada yang terbukti melakukan kejatahan seperti menjadi pengedar narkoba, koruptor, mempromosikan prilaku seksual yang tidak benar, di situ kita kemudian bisa tidak percaya kepada orang ini. Bahwa orang ini tidak punya niat baik untuk negeri ini. Buktinya dia melakukan kerusakan-kerusakan.
- Jadi Bapak Ibu sekalian, kembali kepada tadi, spontanitas berkawan itu muncul dari persepsi kita. Kalau kita percaya bahwa seluruh anak bangsa ini ditingkat gagasan insyaAllah punya niat baik mencintai Indonesia, kita akan dengan mudah bergaul dengan siapapun. Tetapi jika dia terbukti berbuat jahat untuk negeri ini, tidak ada ampun, harus ditegakkan hukum seberat-beratnya.
- Nah Bapak Ibu sekalian, tentu banyak modal sosial yang lain, tapi jika tiga modal sosial ini diterapkan (sense of belonging, sens togetherness, dan trustworthiness), dan kalau itu kader PKS menjadi yang terdepan, insyaAllah Indonesia dalam waktu yang tidak terlalu lama akan menjadi negara high trust society, InsyAllah. Dan kalau sudah begitu, insyaAllah kemakmuran Indonesia, baldah thayyibah warabbun ghofur bukan sesuatu yang mustahil tercipta di negeri ini insyaAllah. Aamiin ya rabbal ‘alamiin.
- Terakhir Bapak Ibu sekalian, tadi saya menyebutkan bahwa pertahanan maknanya ada defence, ada resiliensi tadi sudah saya jelaskan, tapi juga pertahanan kadang dimaknai sebagai Keamanan, bagaminana negeri ini bisa menjadi negeri yang aman buat masyarakatnya.
- Saya ketika diminta menjadi Rektor Universitas Paramadina, kita akan mendirikan sebuah lembaga kajian di dalam universitas, namanya Human Security Studies, jadi lembaga yang mengkaji tentang keamanan manusia. Ini adalah paradigm baru dalam pertahanan dan keamanan. Sebagai reaksi terhadap state security yang lebih banyak dimensinya kepada militer, geografis, namun pendekatan state security menjadi lupa kepada human security. Bahkan menjadi alat untuk “meninabobokkan” rakyat. Rakyat tidak mendapatkan hak-haknya, tapi kemudian diminta dihubungkan dengan semangat perjuangan nasional.
- Nah kita sebagai partai, harus tetap mempromosikan tentang national security, tapi jangan lupa pada human security karena justru itu yang paling hakiki. Pada dasarnya rakyat ini kalau segala kebutuhannya ini terpenuhi, mereka akan menjadi pihak yang terdepan menjaga negeri ini. Oleh karena itu, human security ini harus menjadi paradigma kita. Di sinilah perjuangan Bapak Ibu sekalian di legislatif.
- Pilar dari human security itu ada tiga, pertama adalah freedom of fear, ada rasa bebas dari rasa takut. Di sinilah orang harus bisa merasakan bahwa kehidupan sehari-hari itu aman buat mereka. Polusi udara tidak mengancam mereka. Harus ada kebebasan, terbebas dari rasa takut. Ini saya kita menjadi perjuangan kita juga, bagaimana masyarakat kita merasakan keamanan sebagai warga negara Indonesia ini. Dan ini menjadi amanah dari Alquran, ada rasa aman dari ketakutan-ketakutan. Segala hal yang membuat masyarakat takut harus menjadi perhatian kita dalam rangka membangun human security.
- Pilar kedua adalah freedom of want, kebebasan ingin sehat, ingin pintar-pendidikan, ingin tenang secara spiritual beragama, itu harus dijamin oleh negara. Dan pilar ketiga adalah freedom of indignity, rasa terbebas dari penghinaan, persekusi, dibully oleh pihak lain, termasuk penistaan agama. Tiga pilar ini harus kita tegakkan dalam rangka membangun human security. Saya yakin jika masyarakat sudah terbangun human security, maka national/state security akan semakin kokoh karena mereka dengan sendirinya terlibat dalam pertahanan dan keamanan rakyat semesta.
- Mudah-mudahan acara kita sampai besok ini nanti bisa memberikan wawasan, kepahaman, keyakinan, motivasi untuk bergerak bagaimana keluarga besar PKS khususnya angora legislatif PKS menjadi pihak yang terdepan menjaga keutuhan NKRI. Mudah-mudahan Allah ridhoi semua niat kita, dan semoga Allah memudahkan langkah kaki kita untuk berkhidmat bagi umat, bangsa dan negara ini.
Demikian yang saya sampaikan,
Wallahu muwafiq ila wqwamitthoriq, wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuhu.
Leave a Reply